World of Warcraft telah ditutup di China

Jutaan pemain di China telah kehilangan akses untuk bermain World of Warcraft setelah perselisihan sengit antara pemilik game asal Amerika Activision Blizzard dan NetEase, partner lokal dalam pasar game terbesar dunia. Penggemar dari game populer ini menggunakan jaringan sosial media untuk meratapi kehilangan ini, dengan sebuah postingan gambar dari pesan kegagalan koneksi yang dilengkapi dengan sebuah emoji menangis.
Kerjasama sealam 14 tahun telah membawa keuntungan signifikan untuk kedua pihak, membantu NetEase menjadi distributor game terbesar kedua China setelah Tencent Holdings dan memberikan Blizzard sebuah jalan kedalam pasar Asia. Namun kedua perusahaan memutuskan pembicaraan tahun lalu pada sebuah kesepakatan lisensi baru untuk membuat franchise Blizzard seperti Diablo, Warcraft, dan Overwatch tersedia di China.
Kesengsaraan meningkat bulan ini ketika NetEase menuduh partner lama mereka kasar dan tidak pantas. Blizzard telah menawarkan untuk memperpanjang kesepakatan lisensi untuk enam bulan sementara mereka mengerjakan ketentuan baru, namun NetEase mendeskripsikan ide tersebut sebagai mengajukan perceraian sambil tetap berhubungan dengan pasangan yang
sama.

Diluar kesepakatan keuangan, poin penting dalam perselisihan termasuk kepemilikan kekayaan intelektual dan kontrol data jutaan pemain di seluruh China, kata Bloomberg News dalam laporannya. Dalam pernyataannya di bulan Januari, NetEase mengatakan tidak pernah berusaha untuk mengontrol hak IP dalam hubungannya dengan Blizzard.
Game server Blizzard dimatikan di China pada 23 Januari. Perusahaan telah berjanji untuk membiarkan pemain World of Warcraft menyimpan perkembangan mereka dengan layanan baru. NetEase mengingatkan bahwa mereka tidak bisa memastikan keamanan dari layanan tersebut.
“Ini benar-benar hari yang menyedihkan untuk pemain World of Warcraft dan penggemar Blizzard Entertainment dimanapun. Penutupan yang mendadak adalah pengingat yang gamblang tentang ketidakkekalan, menggusur jutaan pemain.”